Keputusan melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi merupakan pilihan yang ideal. Mengingat persaingan SDM semakin ketat dan penuh kejutan. Siapapun tidak mau menjadi pecundang, sebaliknya mereka ingin menjadi pemenang ditengah-tengah kehidupan manusia.
Keterbatasan sumberdaya ditengah-tengah kesulitan perekonomian keluarga dan rendahnya informasi, menjadikan memilih perguruan tinggi adalah pekerjaan yang sulit. Keputusan yang salah pada akhirnya akan membawa penyesalan dan pengorbanan yang besar. Arah putar jam tidak mungkin diputar balik kembali.Berikut ini disampaikan beberapa kiat sukes memilih pergurun tinggi:
1. Menguji derajat kemauan untuk studi lanjut.
Kegagalan memilih perguruan tinggi dapat menjadi kenyataan dengan melihat seberapa kuat kemauan dan semangat calon mahasiswa itu sendiri. Apapun pilihannya,
jika dilaksanakan dengan tekad kuat dan semangat yang tinggi akan memperkecil resiko kegagalan, dan membuka peluang kesuksesan berkarier. Ibarat batu keras yang menerima tetesan air secara terus menerus tanpa henti pada akhirnya batu tersebut akan pecah juga. Kapan batu tersebut pecah? Berapa lama batu tersebut akan pecah bergantung pada ketinggian air, tekanan air, debit air dan sebagainya. Dalam konteks ini, bergantung pada minat dan bakat saudara?
2. Menguji minat dan bakat
Minat dan bakat
adalah dua hal yang berbeda. Peminat belum tentu Pebakat, sedangkan
Pebakat sering tidak ingin menjadi Peminat. Seorang yang meraih
kesuksesan sejati, yaitu seseorang yang memiliki bakat sekaligus
memiliki minat yang tinggi. Ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan
bakatnya guna meraih karier yang gemilang.
Sebagai ilustrasi,
banyak peminat olah raga sepak bola. Mereka mampu menahan kantuknya dan
mengorbankan pekerjaan esok harinya demi sepakbola. Namun hanya sedikit
diantaranya yang juga berbakat. Sebaliknya seorang yang memiliki suara
emas tetapi tidak berminat menekuni dunia tarik suara, ia tidak dapat
memanfaatkan kesempatan menjadi bintang terkenal (superstar). Ternyata
bidang akuntanlah yang dipilihnya.
Minat dan bakat
adalah penting, tetapi jauh lebih penting adalah minat. Dengan modal
minat yang kuat, tantangan dan hambatan apapun dapat diminimalisir.
Selanjutnya melalui celah sekecil apapun tantangan dan hambatan tersebut
dapat diubah menjadi peluang kesuksesan.
3. Menguji Isi kantong
Isi
hati seseorang adalah se-dalam lautan samudera dan tidak ada seorangpun
yang tahu pasti. Sebaliknya isi kantong, walau tidak mudah tetapi tidak
sesulit mengetahui isi hati seseorang. Isi kantong yang harus
dikorbankan para orang tua dapat diperhitungkan sebelum pengambilan
keputusan memilih perguruan tinggi.
Sejatinya pendidikan
yang berkualitas adalah pendidikan yang didukung dana besar. Jadi sudah
sewajarnya Pendidikan berkualitas adalah mahal. Sehingga biaya
penyelenggaraan perguruan tinggi yang berkualitas-pun menjadi mahal.
Jika biaya pendidikan di bebankan seluruhnya kepada para orang tua
mahasiswa, maka beban orang tua menjadi berat. Selanjutnya yang terjadi
adalah kesempatan pendidikan tinggi kualitas hanya dapat dinikmati bagi
orang kaya saja.
Bagi yang memiliki
kendala dana, tidak perlu pernah kuatir. Karena tersedia pilihan cerdas
untuk dapat melanjutkan studi ke perguruan tinggi negeri/kedinasan atau
swasta yang memiliki ciri-ciri sebagai berkut :
- Memiliki Visi yang tegas menjadi kampus yang berorientasi “Sosial”
- Memiliki sumber pemasukan yang besar di luar SPP mahasiswa
- Memiliki akses dana yang kuat (pemerintah dan swasta)
- Memiliki program Beasiswa
4. Menguji Orientasi dan komitment perguruan tinggi
Perguruan
tinggi telah hadir menawarkan berbagai program pendidikan. Perguruan
tinggi ternama dan “tak bernama” pun sibuk mempromoskan kampusnya. Ada
yang memanfaatkan media televisi, radio, internet, koran, majalah,
tabloid, spanduk, poster, pamflet, brosur. Intinya tawaran mereka
semuanya, menarik dan menjanjikan.
Selanjutnya para
orang tua dan calon mahasiswa menjadi bingung untuk memilih, sehingga
ukuran yang paling mudah untuk dijadikan acuan dalam memilih perguruan
tinggi adalah kesesuaian kemampuan keuangan orang tua dengan biaya
pendidikan (SPP, Sumbangan gedung, kemahasiswaan, dll). Jika hal itu
yang dilakukan, maka hal tersebut merupakan kesalahan besar. Seharusnya
jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan. Orientasi dan komitmen
perguruan tinggi perlu diuji.
Idealnya, Orientasi
perguruan tinggi adalah berorientasi pada penciptaan lulusan yang
memiliki keahlian dan kompetensi serta keberanian membuka lapangan kerja
daripada penambahan angkatan kerja. Selanjutnya, perhatikan komitmen
perguruan tinggi. Perguruan tinggi yang baik seyogyanya memiliki
komitmen bahwa mahasiswa adalah subjek bukan objek pendidikan. Dengan
berpegang teguh pada komitmen demikian, maka diharapkan proses belajar
mengajar dapat berjalan secara efektif, efisien dan sinergis.
5. Menguji program studi (Prodi)
Kesesuaian antara
minat dan bakat calon manahsiswa dengan prodi yang akan dipilih
merupakan pekerjaan tidak mudah. Sekurang-kurangnya ada tiga hal yang
harus diperhatikan: (1) Minat dan bakat, (2) ketersediaan prodi, (3)
prospek lulusan prodi. Idealnya suatu pilihan meliputi kesesuaian ketiga
hal diatas. Kondisi ideal adalah mahasiswa kuliah pada prodi yang
sesuai dengan yang memiliki minat dan bakat, dimana lulusan prodi
tersebut dibutuhkan oleh pasar pengguna lulusan.
Kondisi ideal memang
sulit diwujudkan. Pada kenyataanya, seringkali yang terjadi hanya
merupakan kombinasi sebagian dari beberapa hal tersebut diatas, yaitu
kekuatan minat mahasiswa dan prodi yang kualitas. Walaupun demikian
tidak perlu kuatir bahwa upaya tersebut apakah dapat mewujudkan prospek
lulusan.
Prospek lulusan
menjadi sempit jika orientasi lulusan adalah menjadi pekerja. Tetapi
prospek berubah dari sempit menjadi luas ketika orientasi bergeser dari
seorang pekerja bergeser menjadi wirausaha. Program studi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi berbasis kewirausahaan "entrepreneurship", "technopreneurship", atau "infopreneurship" adalah perguruan tinggi masa depan dan pantas dijadikan pilihan.
6. Menguji sumberdaya perguruan tinggi
Ketersediaan
Fasilitas fisik yang memadai diperlukan guna mendukung proses belajar
mengajar efektif, fasilitas yang diperlukan seperti kecukupan ruang
kuliah, ruang dosen, ruang laboratorium, studio, ruang unit pelaksana
teknis, ruang instalasi, ruang kantor, dan sebagainya adalah penting.
Sekarang adalah era informasi, maka yang perlu diperhatikan adalah
ketersediaan sarana pembelajaran yang mengarah pada penyelenggaraan
pendidikan berbasis ICT (information and communications technology.
Mengingat media internet merupakan sumber perkembangan ilmu pengetahuan
dan terapan, maka peranan ICT menjadi syarat terpenting bagaimana
mewujudkan keberhasilan proses pembelajaran. Melalui ICT diharapkan
perguruan tinggi mampu menjawab kebutuhan pasar pengguna
lulusan. Ketersediaan Fasilitas e-learning (kuliah jarak jauh langsung) adalah ciri-ciri perguruan tinggi yang telah memanfaatkan ICT bagi proses belar mengajar.
7. Menguji Status
Ada dua (dua)
legalitas minimal setiap program studi selaku penyelenggara pendidikan
di perguruan tinggi. Pertama, ijin penyelenggaraan pendidikan yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, dimana ijin penyelenggaraan dapat diperpanjang setiap lima tahun. Kedua, status akreditasi yang di keluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Depdiknas
dengan peringkat A, B, C dan tidak terakreditasi. Peringkat menunjukkan
tingkat kemampuan proses penyelenggaran tingkat program studi dilihat
dari berbagai aspek, seperti: jumlah dan kualifikasi pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan,
sistem evaluasi dan sertifikasi, serta manajemen dan proses pendidikan.
Menurut UU Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 61 ayat 2: “Ijazah
diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi
belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus
ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
Jadi status
akreditasi sendiri tidak menjadi bermakna jika orientasi lulusan bukan
menjadi pekerja, tetapi menjadi wirausaha yang mandiri. Selembar kertas
berupa ijazah bukan untuk melamar pekerjaan semata, tetapi merupakan
bukti perserta didik pantas menjadi lulusan perguruan tinggi dengan
ciri-ciri lulusan: kritis, kreatif, inovatif, rasional dan berorientasi
solusi bukan ilusi.
8. Menguji Keyakinan.
Terakhir, apapun
pilihannya harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Ketika pilihan
sudah diputuskan pantang mundur ke belakang. Kegagalan diawali ketika
munculnya keraguan. Pendidikan kualias adalah mahal dan butuh
pengorbanan besar. Pengorbanan adalah investasi, dan investasi
pendidikan adalah investasi jangka panjang. Hasil dari investasi
pendidikan tidak dengan cepat dapat dirasakan manfaatnya bagi
stakeholder.
9. Penutup
Warisan harta yang
melimpah kepada anak yang tak berilmu akan habis dalam waktu singkat,
tetapi warisan ilmu akan kekal sampai akhir hayat. Anak yang berilmu
dapat memelihara harta orang tuanya, bahkan harta tersebut akan tumbuh
dan berkembang serta bermanfaat bagi kemaslahatan umat manusia.
Anak bangsa yang
berilmu dapat memelihara kekayaan bangsa dan negara. Anak bangsa berilmu
adalah SDM yang memiliki daya saing tinggi dan menjadi modal utama
kemajuan dan kemadirian bangsa. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang
menghargai sejarah dan karya sesama anak bangsa. Dengan demikian kita
dapat mewujudkan Indonesia sebagai bangsa yang kuat dan berdaulat.
Bangsa yang kuat
harus didukung ekonomi yang kuat. Kedaulatan Ekonomi bangsa menjadi
syarat penting kedaulatan bangsa. Melalui kesempatan studi lanjut ke
perguruan tinggi diharapkan dapat mewujudkan Indonesia yang mandiri.
Tanpa mengecilkan arti anak bangsa yang tidak berkesempatan menikmati
belajar di perguruan tinggi, maka kepada lulusan perguruan tinggi, yaitu
dokter, guru, insinyur, ekonom, sosiolog, akuntan, peneliti, notaris,
apoteker dan profesi lainnya diharapkan dapat berpartisipasi membangun
masyarakat peduli produk Indonesia sebagai syarat mewujudkan Indonesia
Mandiri ! Ayo, Indonesia bangkit!
sumber: http://www.dikti.org/?q=node/109
Tidak ada komentar:
Posting Komentar